Di sebuah desa, ada seorang pria yang memiliki 4 orang anak. Dia ingin anaknya belajar untuk tidak menilai sesuatu dengan terlalu cepat. Jadi suatu hari, ia memberikan sebuah tantangan kepada keempat anaknya itu dan berkata: “Anak- anakku, Ayah ingin memberikan sebuah tugas yang sangat menarik untuk kalian semua.”
Kemudian salah seorang anaknya menjawab: "Baik Ayah, tapi tugas apa itu?”
Sang Ayah pun berkata lagi: “Begini, ada sebuah pohon pir, yang letaknya cukup jauh dari rumah kita. Ayah ingin kalian pergi mengamati pohon pir itu, dalam empat musim yang berbeda. Dan kalian boleh memilih sendiri, di musim apakah kalian ingin mengamatinya. Apakah kalian mengerti?
Kemudian anaknya menganggukkan kepala tanda mengerti.
Akhirnya, keempat anaknya pun sepakat dan menetapkan bahwa anak pertama berangkat di saat musim semi, anak kedua berangkat di saat musim panas, anak ketiga berangkat di saat musim gugur, dan yang terakhir, anak keempat berangkat di musim salju.
Ketika mereka semua kembali ke rumah, sang Ayah kemudian memanggil mereka dan berkata: “Anak- anakku, coba kalian ceritakan pada Ayah, apa yang telah kalian lihat disana.”
Anak pertama yang melihat pohon pir di musim semi berkata: “Ayah, aku melihat pohon pir itu tertutup tunas- tunas pohon yang berwarna hijau, seolah penuh dengan harapan yang indah. Cantiiikkk sekali."
Berbeda dengan kakaknya, anak kedua yang melihat pohon pir di musim panas pun berkata: “Bukan begitu Ayah, aku melihat ada urat-urat kayu yang dipenuhi dengan bunga- bunga yang sedang bermekaran, baunya sangat harum dan terlihat sangat cantik. Ini adalah pemandangan terindah yang pernah aku lihat.
Namun si anak ketiga yang melihat pohon pir di musim gugur berkata: “Hmmmmm....Ayah, kakak-kakak salah semua. Yang aku lihat disana, pohon pir itu sedang berbuah lebat dan juga sudah matang semuanya, ranum-ranum sekali! Ingin aku memetik buahnya untuk kubawa pulang!
Tiba giliran si anak keempat yang melihat pohon pir di musim salju berkata: “Ayah, bukan seperti itu! Aku lihat penampilan pohon pir itu sangat jelek, batangnya aja sudah rapuh dan retak, seperti tidak ada harapan hidup.”
Sang Ayah pun tersenyum dan kemudian menjelaskan pada anak anaknya: “Anak -anakku, semua pemandangan yang kalian lihat itu adalah benar, karena kalian masing-masing telah melihat satu musim dalam suatu kehidupan dari sebuah pohon. Kalian tidak dapat menilai sebuah pohon, atau orang, hanya dari satu masa atau musim saja, ingatlah hal ini ya!”
Kegembiraan, kesenangan, cinta dari seseorang hanya dapat diukur di saat akhir, ketika semua masa sudah terlewati. Inti dari pemahaman siapakah seseorang sesungguhnya juga diukur oleh hal ini.
Jika Anda menyerah ketika musim dingin, Anda akan melewatkan janji musim semi, keindahan musim panas dan pemenuhan janji musim gugur.
Jangan menilai hidup seseorang dari satu musim yang sulit. Jangan biarkan kesedihan dan kesulitan dari satu musim menghapus semua kegembiraan dari musim yang akan datang.