Di sebuah kota, hiduplah seorang anak laki-laki bersama kedua Orang Tuanya, sementara Kakek-Neneknya tinggal jauh di kota lain.
Selama liburan, kedua Orang Tua ini akan membawa putranya mengunjungi Kakek-Neneknya di kota lain, dan itu telah mereka lakukan selama bertahun-tahun.
Seiring berjalannya waktu, anak laki-laki itu kini menjadi remaja. Suatu hari anak laki-laki itu berkata kepada Ayahnya, “Ayah, sekarang, aku sudah besar, aku bisa pergi ke rumah Kakek-Nenek. Jadi, tolong biarkan aku pergi sendiri."
Awalnya, kedua Orang Tuanya tidak setuju, tapi ketika anak itu bersikeras, mereka setuju, dan mereka mulai mengajarkan semua yang perlu dia ketahui untuk bepergian sendiri.
Hari itu tiba, ketika anak tersebut harus pergi sendirian ke rumah Kakek-Neneknya.
Kedua Orang Tua datang bersama putranya, untuk mengantarnya. Ketika si Anak sudah duduk dengan nyaman di tempat duduknya di kereta, Orang Tuanya keluar, menunggu kereta berangkat.
Tapi sebelum itu, si Ayah menyerahkan sebuah amplop dan berkata, "Nak, jika kamu merasa takut atau khawatir di jalan, buka ini dan bacalah. Ini akan membantumu untuk tenang."
Anak itu tersenyum dan memberi tahu Ayahnya, "Aku akan ingat semuanya. Jangan khawatir Ayah."
Anak itu menyimpan amplop tersebut di sakunya dengan hati-hati, dan mengucapkan selamat tinggal kepada Orang Tuanya.
Pengumuman dibuat dan kereta segera berangkat.
Di setiap stasiun tempat kereta berhenti, orang-orang terus datang dan pergi. Anak itu melihat semua ini. Semua orang datang bersama dengan yang lain, jadi dia mulai merasa kesepian karena hanya sendirian di sana.
Di satu stasiun, seorang pria besar memasuki kompartemen. Anak laki-laki yang bepergian sendirian untuk pertama kalinya itu, merasa takut. Ia mencoba untuk tidur tapi sekali lagi memikirkan pria itu, dan menjadi takut.
Kemudian ia teringat surat Ayahnya. Ia memasukkan tangannya ke saku, membuka amplop dan membaca.
Ayahnya menulis – “Jangan takut. Ayah dan Ibu ada di sini bersamamu di kereta ini, di kompartemen sebelah.”
Tepat setelah membaca surat itu, wajah anak laki-laki itu berseri-seri, semua ketakutannya lenyap, dan dia tidak lagi merasa kesepian.
Hidup juga seperti itu. Ketika Tuhan mengirim kita ke dunia ini, Dia juga memberi kita sepucuk surat, yang di dalamnya tertulis – “Jangan bersedih atau takut. Aku bersamamu setiap saat dan di semua tempat. Aku menjalani seluruh perjalanan bersamamu. Ingatlah Aku selalu dengan tulus, dan Aku akan datang ketika kamu membutuhkanKu.”