Ada seorang kaya raya yang memiliki harta berlimpah, dia memiliki sawah yang sangat luas, dan dia menjadi kaya, berkat hasil panen dari sawah tersebut.
Setiap hari dia selalu rajin beribadah dan tidak lupa untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan, atas semua berkat yang diterimanya.
Orang kaya ini memiliki seorang pelayan yang sangat rajin, pelayan ini sudah bekerja cukup lama untuknya, dan karena selalu melakukan pekerjaan dengan baik, orang kaya ini sering memberikan hadiah untuknya.
Suatu hari, ada serangan hama yang sangat hebat di desa tempat orang kaya ini tinggal, hama itu begitu besar hingga sawahnya gagal panen total di satu tahun tersebut.
Mengetahui hal ini, orang kaya ini marah, dia mulai menyalahkan Tuhan, karena telah membuat serangan hama bisa terjadi di sawahnya. Sejak saat itu, orang kaya ini mulai membenci Tuhan dan berhenti beribadah.
Suatu hari, orang kaya ini sedang makan timun, dia merasakan bahwa rasa timun itu sangat pahit, jadi dia tidak mau memakannya. Kebetulan saat itu dia mengetahui bahwa pelayannya belum makan, jadi dia bermaksud memberikannya kepada si pelayan.
Dia memanggil pelayannya dan memberikan timun tersebut untuk dimakan.
Diluar dugaan, pelayan tersebut memakannya dengan sangat lahap, seolah timun itu tidak pahit.
Orang kaya terkejut, bertanya kepada pelayannya: “Mengapa kamu memakannya dengan sangat lahap? Bukankah timun itu rasanya sangat pahit?”
Pelayannya menjawab: “Ya Tuan, memang timun ini rasanya sangat pahit.”
Orang kaya bertanya lagi: “Lalu kenapa kamu tetap memakannya, bahkan saya melihat, kamu tampak memakannya dengan senang hati?”
Pelayan kembali menjawab: “Bagaimana mungkin saya tidak memakannya dengan senang hati, ini pemberian dari Tuan, sudah seharusnya saya menerimanya dengan senang hati.
Lagipula, Tuan sudah sering memberi saya banyak hadiah, dan Tuan selalu memberi saya makan enak setiap hari, jadi, jika suatu hari Tuan memberi saya makanan yang tidak enak, seharusnya itu tidak menjadi masalah apa pun bagi saya.”
Mendengar perkataan pelayannya, orang kaya ini menjadi sadar, bahwa Tuhan telah memberinya banyak kekayaan dan kebahagiaan, jadi jika suatu hari dia harus menerima sesuatu yang pahit dari Tuhan, dia seharusnya tetap menerimanya dengan bahagia, karena itu adalah kehendak Tuhan.
Jika seseorang dapat memahami bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup kita adalah Rahmat Tuhan, dan apa pun yang Tuhan lakukan adalah untuk kebaikan kita sendiri, maka kita dapat menjalani hidup yang damai dan bahagia.