Mantra dan Kera

Dahulu kala, seorang pria mengabdikan dirinya untuk melayani seorang Guru Suci sepanjang siang dan malam. Pria itu akan menyiapkan makanan, mengambil air dari sumur, memijat kaki, dan melakukan segala pekerjaan rumah untuk Gurunya.

Guru Suci tahu, bahwa pasti pria ini memiliki keinginan, karena itu dia rela menjadi pelayannya. Suatu hari Guru Suci berkata, "Mengapa kamu membuang-buang waktumu dengan menjadi pelayan di sini?"

Pria itu menjawab, "Saya melayani Guru karena saya ingin belajar keajaiban, meskipun itu hanya satu keajaiban."

Guru Suci berkata, "Tapi saya tidak tahu keajaiban apa pun. Kamu telah membuang-buang waktumu dengan sia-sia. Kamu harus mencari orang lain, yang tahu keajaiban."

Pria itu berkata lagi, "Saya telah diberitahu bahwa Guru selalu menyangkal bahwa Guru mengetahui keajaiban apa pun, tetapi saya telah melihat bahwa Guru terus-menerus melakukan keajaiban.

Guru Suci kemudian berkata: "Baiklah, kalau begitu aku akan memberitahumu. Ini adalah mantra yang dapat digunakan untuk melakukan keajaiban.”

Guru Suci kemudian memberikan sebuah gulungan kertas bertuliskan mantra.

Yang harus kamu lakukan adalah, pertama, mandi, ganti pakaianmu dengan pakaian baru, tutup pintu, duduk sendiri dan ulangi membaca mantra ini sebanyak sepuluh kali, cukup sepuluh kali dan kamu akan dapat melakukan keajaiban apa pun yang kamu inginkan.”

Mendengarkan perkataan Guru Suci, pria itu menjadi senang. Dia mengambil gulungan mantra itu, dia bahkan tidak menunjukkan rasa terima kasih, dan hanya berlari menuruni tangga kuil.

Saat di tengah tangga, Guru Suci berteriak, “Tunggu, aku lupa satu hal. Saat kamu mengulang mantra itu, ingatlah satu hal, Jangan berpikir apapun tentang kera!”

Pria itu bingung dan berkata, “Mengapa saya bisa memikirkan kera? Saya bahkan tidak pernah memikirkannya sepanjang hidup.”

Guru Suci tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa. Ingat saja itu. Jangan pikirkan kera sama sekali. Jika sedikit saja kamu berpikir tentang kera, kamu harus mengulangi mantra itu dari awal.”

Pria itu bertanya lagi, “Tapi mengapa harus kera?”

Guru Suci berkata, “Aku juga tidak tahu. Aku hanya memberitahumu sebuah rahasia yang diceritakan oleh Guruku kepadaku.”

Pria itu bahkan mulai berpikir tentang kera sebelum selesai menuruni tangga.

Dia berpikir dalam hati, “Saya bahkan belum mulai melafalkan mantra, dan kera sudah muncul di dalam pikiranku.”

Dalam perjalanan hingga tiba di rumah, pria itu terus berpikir “Jangan sampai memikirkan kera...jangan sampai memikirkan kera.”

Pria itu berpikir, “Guru benar-benar menyesatkan. Jika tahu bahwa memikirkan kera akan membatalkan mantra itu, seharusnya dia tidak perlu menyebutkannya. Justru karena dia mengatakan hal itu, sekarang saya malah terus memikirkan kera.”

Pria itu mandi, berganti pakaian baru, duduk sendirian di kamarnya dengan mata terpejam, dan mulai membaca mantra. Tapi itu sia-sia, dalam pikirannya, ada kekhawatiran terus-menerus untuk tidak memikirkan kera.

Lama-kelamaan, pria itu bahkan tidak dapat menyelesaikan mantra sekali pun, tanpa memikirkan kera. Menjelang pagi ia hampir gila.

Akhirnya ia kembali ke Gur Suci dan mengembalikan mantra itu, serta menceritakan kepadanya semua yang telah dipikirkannya dan terjadi padanya, sejak ia pergi.

Guru Suci berkata, “Apa yang dapat saya lakukan? Kera-kera itu datang dengan mantra. Tanpa adanya kera, mantra itu tidak berguna. Kecuali kamu dapat menghindari kera, maka kamu tidak dapat melakukan keajaiban.”

"Silakan ambil mantramu, saya tidak menginginkannya lagi, saya ingin bebas dari kera-kera itu.”

Guru tua berkata lagi, "Baiklah, tenang saja, begitu kamu mengembalikan mantra itu kepadaku, mereka tidak akan datang lagi."

Lelaki itu pergi dan dia terkejut karena sekarang dia tidak lagi memikirkan kera apapun. Dia sampai di rumah dan semuanya kembali normal. Dia merasa aneh.

Dia mandi dan berpikir, "Meskipun saya telah mengembalikan mantra yang tertulis, tetapi karena telah membaca dan mencoba melafalkannya berkali-kali, saya sudah hafal semuanya. Tidak ada salahnya untuk mencobanya sekarang. Saya akan mengulanginya lagi.”

Saat ia mulai melafalkan mantra, kera-kera mulai muncul kembali di dalam pikirannya. Saat itu, dia menyerah dan melupakan seluruh idenya. 

Mengejar sesuatu dan menghindari sesuatu, sama-sama membutuhkan upaya dan tenaga.

Dalam perjalanan spiritual, kita tidak bisa terikat mengejar, namun pada saat yang sama, kita juga tidak boleh merasa khawatir dan takut.

Tidak punya niat sengaja untuk mengejar, namun hanya berusaha melatih diri dengan baik, pada akhirnya, akan mampu memperoleh pencapaian spiritual.