Dahulu kala, hiduplah seorang Gembala. Dia memiliki kawanan besar domba, selain itu, dia juga memiliki seekor Anjing Penjaga yang selalu membantunya menggembalakan domba-domba tersebut.
Setiap hari, Gembala akan membawa domba-dombanya ke padang rumput, untuk makan rumput yang segar dan hijau.
Sementara domba-domba memakan rumput, Anjing Penjaga akan berjalan-jalan di sekitar mereka.
Sesekali, Anjing Penjaga akan berlari, lalu menggonggong ke arah hutan.
Setelah itu, Gembala akan memberinya potongan daging dan menepuk-nepuk punggungnya.
Di penghujung hari, mereka semua berjalan kembali ke kandang.
Hal ini berlangsung setiap hari, dan perlahan-lahan domba-domba mulai tidak menyukai Anjing Penjaga, mereka merasa bahwa Anjing Penjaga itu sombong, hanya asyik berkeliling sendiri, dan dan tidak mau berbicara dengan mereka.
Suatu hari, beberapa ekor Domba pergi menemui Gembala dan berkata, “Tuan, kami ingin berbicara dengan Anda. Kami ingin protes.
Setiap waktu kami memberikan bulu kami untuk diambil, namun kami hanya diberi makan rumput. Rumput tumbuh dengan bebas dan Tuan tidak perlu membayarnya.
Di sisi lain, Anjing Penjaga tidak melakukan apa-apa, dia hanya berkeliaran sepanjang hari, namun, Tuan memberinya daging dan menghargainya sepanjang waktu. Ini tidak adil bagi kami.”
Sang Gembala mendengar mereka dengan tenang.
Anjing Penjaga mendengar semua yang dikatakan Domba dan ikut campur dalam percakapan. “Kalian seharusnya berterima kasih kepada saya alih-alih menyebut saya tidak berguna.
Padang rumput yang kita datangi setiap hari itu adalah alam liar yang tidak memiliki pagar, tidak tahu ada hewan apa saja dari alam liar yang bisa mendekat.
Sesungguhnya, sementara saya berkeliaran di sekitar kalian, saya memastikan tidak ada serigala yang mendekati kalian.
Ketika saya menggonggong ke arah hutan, saya sedang mengusir hewan-hewan buas, yang sedang mendekat.
Jika bukan karena saya, sekarang mungkin kalian semua sudah mati dimangsa oleh serigala atau hewan buas lain.”
Domba merasa malu terhadap diri mereka sendiri, dan berjalan pergi.
Jangan berprasangka buruk, dan jangan iri hati. Apa yang kita lihat seolah tidak adil di permukaan, sesungguhnya belum tentu seperti apa yang kita pikirkan.