Suatu ketika, seorang Guru dari sebuah kuil sangat terkesan dengan pelayanan muridnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan, dan muridnya hendak pergi, Gurunya memberinya sebuah cermin ajaib sebagai hadiah.
Tapi itu bukan cermin biasa. Itu adalah cermin ajaib yang memiliki kemampuan untuk menunjukkan hati seseorang yang sebenarnya.
Murid sangat senang menerima cermin tersebut. Dia berpikir sendiri dalam hati, “Mengapa saya tidak memeriksa kemampuan cermin ini sebelum pergi?”
Memikirkan hal itu, dia mengarahkan cermin tersebut ke arah Gurunya.
Kualitas buruk seperti kebencian, kesombongan, dan lain-lain, terlihat jelas di hati Gurunya.
Murid terkejut melihat ini, dia berpikir:
“Guru saya sendiri penuh dengan begitu banyak kekurangan. Guru yang saya anggap sebagai manusia ideal, seseorang yang tanpa kualitas buruk, ternyata memiliki banyak kekurangan. Cermin ini menunjukkan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan penampilannya di permukaan.”
Memikirkan hal ini, murid menjadi sangat sedih.
Sebuah instrumen untuk menguji orang lain telah ada di tangannya. Jadi, dia mulai memeriksa orang-orang yang dia temui, ke mana pun dia pergi.
Dia memeriksa banyak teman dan kenalannya, dan setiap kali, satu atau beberapa sifat buruk ada di sana, terlihat di dalam hati setiap orang.
Pengalaman ini membuatnya semakin sedih. Dia terus berpikir, mengapa semua orang di dunia ini begitu buruk? Mengapa mereka semua hidup dalam topeng kepalsuan?
Akhirnya, dia pulang ke rumah dengan hati yang sedih, tenggelam dalam pikiran-pikiran yang penuh kekecewaan.
Setelah sampai di rumah, dia melihat kedua orang tuanya. Ayahnya memiliki reputasi yang baik di masyarakat dan adalah tokoh yang dihormati, sementara Ibunya juga dikenal sebagai wanita yang sangat baik.
Dia mulai menggunakan cermin ajaib untuk memeriksa kedua orang tuanya, dan dia kembali terkejut, melihat bahwa bahkan kedua orang tuanya pun tidak bebas dari sifat-sifat buruk.
Murid berpikir bahwa seluruh dunia ini berjalan di atas kepalsuan.
Tidak tahan, dia mengambil cermin ajaibnya, dan kembali menemui Gurunya.
Sampai di sana, dia langsung menemui Gurunya.
Murid itu berkata dengan rendah hati kepada Gurunya, “Guru, dengan bantuan cermin yang Guru berikan, saya melihat bahwa ada berbagai macam sifat buruk dan kekurangan di hati setiap orang. Saya belum melihat satu orang pun yang berhati murni.
Dan maaf, saya harus katakan, bahwa kedua orang tua saya, dan bahkan Guru sendiri, juga menyembunyikan sifat buruk di dalam hati.”
Mendengar ini, Gurunya tertawa dan kemudian mengarahkan cermin ajaib itu ke arah muridnya.
Melihat hasilnya, murid tercengang.
Ternyata hatinya dipenuhi dengan sifat-sifat buruk seperti keserakahan, kebencian, kesombongan, kemarahan, sama sekali jauh dari kemurnian.
Guru lalu berkata, “Nak, saya memberimu cermin ini untuk meningkatkan kualitas moral hidupmu sendiri, dengan melihat sifat-sifat burukmu, lalu kemudian kamu perbaiki.
Saya bukan memberimu cermin ini untuk menemukan sifat-sifat buruk orang lain.
Jika kamu menghabiskan banyak waktu untuk mencari-cari kekurangan orang lain, alih-alih menemukan dan kemudian memperbaiki kekuranganmu sendiri, maka kualitas moral hidupmu tidak akan pernah meningkat.”
Setiap orang memiliki sifat buruk dan kekurangan, yang seringkali disembunyikan di dalam hatinya masing-masing.
Jika kita selalu menghabiskan waktu untuk mencari-cari kekurangan di diri orang lain, dan bukannya mencari kekurangan di dalam diri sendiri untuk kemudian memperbaikinya, maka selamanya kita tidak akan pernah menjadi lebih baik, dan justru akan menghabiskan waktu kita sendiri dengan sia-sia.