6 Jan 2024
8 menit waktu baca
12 view
8 menit waktu baca

Seorang Polisi yang Peduli ODGJ

Seorang Polisi yang Peduli ODGJ

Iswahyudi

Kepedulian Aipda Purnomo terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) bermula 6 tahun yang lalu, ketika ia dalam perjalanan pulang dari kantornya di Polres Lamongan. Ia melihat seorang perempuan dekil, rambut kusut masai, dan tanpa busana mencari makanan di tumpukan sampah. Aipda Purnomo merasa trenyuh dan iba. Maka bergegaslah ia pulang ke rumah, mengambil sehelai pakaian, membawa makanan, dan kembali ke tempat perempuan itu. Purnomo mendekati perempuan itu dengan perlahan.

Purnomo.jpg

Agar tidak disalahpahami oleh perempuan itu, ia menyerahkan makanan yang ia bawa dari rumah. Setelah merasa nyaman, Aipda Purnomo memberikan pakaian yang layak kepada perempuan dekil telanjang itu. Selanjutnya, perempuan itu ia bawa ke rumahnya di Desa Nguwok RT 17 RW 01, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Indonesia untuk dirawat dan dikembalikan ke keluarganya setelah sehat.

Perempuan itu akhirnya teridentifikasi sebagai Siti Murniatun dan merupakan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Dari saat itu, kepedulian Aipda Purnomo terhadap ODGJ semakin tinggi. Siti hanya salah satu ODGJ yang pernah ia rawat dan pulangkan ke keluarganya. Ia mendirikan Yayasan Bekas Bersinar Abadi yang peduli dengan ODGJ.

Enam tahun sudah Aipda Purnomo menemani, mengasuh, dan merawat ODGJ yang kebanyakan ditemukannya di jalanan. Ia tak peduli ketenangan kehidupan pribadinya akibat merawat ODGJ yang terkadang tingkah lakunya tak terduga. Lelaki yang menjabat sebagai Kanit Binpolmas Polres Lamongan ini menjadikan rumahnya sendiri sebagai rumah penampungan ODGJ. Dengan kesabaran, ketelatenan,

dan ketulusan, ia merawat ODGJ sampai kondisi mereka membaik dan sebagian besar mereka hidup normal dan kembali ke keluarganya.

Panggilan jiwanya terhadap ODGJ ternyata juga didukung oleh istrinya, Lilik Ika Wahyuni yang berprofesi sebagai bidan, dan sejumlah rekannya yang mempunyai kepedulian yang sama terhadap ODGJ. Dengan yayasan yang ia dirikan, Purnomo dan timnya telah banyak menyelamatkan ODGJ dariketelantaran dan kerasnya kehidupan di jalanan.

Aktivitas kedermawanan ini dilakukan tanpa meninggalkan pekerjaannya sebagai polisi yang berdinas di Polres Lamongan. Kepedulian Aipda Purnomo tak hanya terfokus pada ODGJ, ia juga merawat dan mengasuh gelandangan, menyantuni anak yatim piatu, dan orang-orang yang kurang beruntung secara materi.

“Saya mengasuh ODGJ dan gelandangan sudah masuk tahun keenam. Bulan Mei tahun depan 6 tahun. Namun baru dua tahun ini di tempat kami (Yayasan Berkas Bersinar Abadi) ada dokter spesialis dan ada ahli rukyah juga. Empat tahun sebelumnya, hanya kami tampung, kami rawat, sambil kami carikan rumahnya. Selama 6 tahun ini sudah hampir 100 orang yang sudah kami antar pulang ke keluarganya,” ujarnya dengan nada ramah seperti dilaporkan oleh Greennetwork.id

Purnomo1.jpg


Rumah Pribadi Jadi Rumah ODGJ

Terlalu sering Aipda Purnomo menyaksikan ODGJ dan gelandangan berkeliaran di kerasnya kehidupan jalanan. Perilaku mereka yang mengais-ngais sampah membuat hatinya tersayat-sayat dan keinginan untuk meringankan beban mereka sangat besar. Itulah yang mendorongnya untuk tak berhenti menemani mereka yang telantar di jalanan.

“Saya sering melihat orang-orang dengan gangguan jiwa telanjang di jalanan, atau dengan pakaian

dekil. Saya sebagai seorang manusia, apalagi saya polisi, kepingin memberikan contoh kepada masyarakat bahwa ODGJ dan gelandangan ini layak kita bantu. Tidak boleh ada pembedaan, mereka gangguan jiwa atau tidak,” ujarnya.

Polisi ganteng kelahiran Lamongan 7 April 1980, ini rela menjadikan rumah pribadinya sebagai rumah singgah bagi ODGJ dan gelandangan agar ia bisa merawat mereka dengan maksimal dan bisa mengembalikan mereka dalam kehidupan normal serta mengembalikan mereka ke keluarga mereka.

“Dan alhamdulillah, istri saya yang seorang bidan, juga ikut membantu, terjun langsung. Saat ini kami memiliki enam pengasuh, tiga dokter spesialis, dan satu perawat,” katanya.


Menghidupi ODGJ dari Hasil Ngonten dan Donasi para Dermawan


Per Agustus 2022 ada 91 ODGJ dan gelandangan yang dirawat dan diasuh di Yayasan Berkas Bersinar Abadi yang didirikan Purnomo. Keseluruhan ODGJ itu ternyata tidak hanya dari Lamongan, namun juga dari luar daerah dan luar Jawa Timur.

Muncul pertanyaan bagaimana Aipda Purnomo menghidupi kesembilan puluh satu ODGJ itu. Rupanya setiap aksinya menolong dan merawat ODGJ ia jadikan konten di media sosial. Pendapatan yang diperoleh dari Google AdSense dan Facebook serta donasi dari para dermawan cukup bisa membantunya menjalankan misi sosialnya. Namun itu bukan tanpa kendala, akunnya di Facebook dibajak oleh hacker dan masih beruntung akun Youtube-nya masih selamat.

“Kami menghidupi ODGJ dan gelandangan ini dari bantuan orangorang baik dari seluruh Indonesia. Selain itu saya juga dapat(Google) AdSensedari kontenYouTubesaya,Purnomo Belajar Baik,” ujarnya.

“Kebanyakan ODGJ kami temukan di jalanan, dari keluarga yang kurang mampu, dan sebagian ada juga yang sengaja dititipkan oleh keluarganya ke kami dengan biaya mereka sendiri. Dari 91 orang, 37 di antaranya kami temukan telantar di jalanan karena mereka gak punya keluarga. Kemarin ada 5 orang yang meninggal, kami makamkan secara layak,” Purnomo meneruskan.

Berkat konten-konten inspiratifnya di media sosial dan aksinya dalam mengasuh dan merawat OGDJ ia mendapatkan dukungan dan penghargaan dari banyak orang. Kini konten Purnomo Belajar Baiksudah memiliki 1,58 jutasubscriberdenganviewersyang tinggi di setiap video yang dia upload. Bahkan, yayasan yang dibinanya mampu memberikan modal usaha bagi ODGJ yang telah sembuh untuk menjalankan usaha.

Selain merawat dan mengasuh ODGJ, Aipda Purnomo juga menolong orang-orang telantar, anak-anak yatim piatu, serta memberikan beasiswa kepada 20 mahasiswa di Lamongan. Yayasan Berkas Sinar Abadi berencana membangun tempat ibadah dan panti rehabilitasi mental dalam waktu dekat. Karena ia menampung ODGJ dari berbagai keyakinan ia menyediakan tempat ibadah untuk pemeluk agama yang beragam.

“Saat ini kami sudah mempersiapkan lahan kurang lebih satu hektar untuk kami bangun tempat ibadah. Lokasinya masuk wilayah Kabupaten Bojonegoro, namun dekat dengan rumah saya. Bukan masjid ya, tapi tempat ibadah, karena yang kami asuh bukan hanya yang muslim tetapi juga ada yang bukan muslim. Dan kami juga akan membangun panti rehab mental. Itu juga dananya dari penghasilanchannel YouTubedan sumbangan orang-orang baik,” ujarnya.


Mengasuh ODGJ dengan Kasih Sayang

Menghadapi ODGJ, Aipda Purnomo bukan selalu berlangsung mulus dan lancar. Sering ia menghadapi tantangan karena perilaku dan kondisi mental ODGJ yang tak terduga, dan bahkan ia bisa menyerang sewaktuwaktu. Namun, ia bisa mengatasinya seiring jam terbang yang tinggi dan hatinya yang semakin tulus.

“Saya menangani ODGJ hanya menggunakan hati. Dengan kasih sayang. Banyak orang yang bertanya, ‘Pak Purnomo pakai ilmu apa? Pakai ajian apa?’ Saya katakan tidak ada ilmu khusus. Yang pasti, ODGJ itu juga manusia. Kalau kita memanusiakan mereka, mereka tidak akan marah. Saya sendiri ketika ketemu dengan ODGJ pertama kali, pasti mereka berontak. Tapi kemudian saya peluk mereka, saya rayu, saya kasih makan, dan alhamdulillah mereka pasti nurut karena mereka merasakan kalau kita memperlakukan mereka dengan sepenuh hati,” ujar Aipda Purnomo.

Dalam menjalankan misi sosialnya, Yayasan Berkas Bersinar Abadi juga sering bekerja sama dengan berbagai komunitas sosial lainnya yang ada di Lamongan.

“Yang terakhir kali itu kami bergandengan tangan dengan Komunitas Lamongan Mengajar, kami melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah terpencil,” katanya.


ODGJ Juga Manusia

Aipda Purnomo yang masih bertugas sebagai polisi aktif di Satuan Pembinaan Masyarakat Polres Lamongan, Purnomo tidak pernah merasa berat dalam membagi waktunya karena ia mendapat dukungan dari atasan dan institusinya.

“Saya dapat dukungan dari Pak Kapolres Lamongan, dari Pak Kasat Binmas (Polres Lamongan), dan juga dari Pak Kapolda (Jawa Timur), sehingga saya bisa melakukan kegiatan sosial ini di sela-sela waktu saya bertugas sebagai polisi. Sebagai anggota Binmas Polres Lamongan, kami sering keliling saat lepas dinas, Sabtu-Minggu, menemukan ODGJ, lalu kami bawa,” katanya.

Dari semua misi sosial yang telah ia lakukan selama 6 tahun ini, ia ingin memotivasi dan memberikan teladan tentang bagiamana memperlakukan ODGJ, syukur-syukur bisa meniru langkahnya.

Purnomo12.jpg

“ODGJ itu manusia, hanya saja mereka kondisinya sakit. Kalau orang sakit jangan dipasung. Jangan ditaruh di tempat terkucil, jangan diasingkan. Rangkul mereka, temani mereka, obati mereka dengan hati dan dengan medis. Sekali lagi, jangan pasung mereka. Kasihan. Jangan sam

pai kita ini yang bekerja di institusi tertentu, tapi kurang peka. Percayalah bahwa kebaikan itu akan kembali untuk diri kita sendiri. Makin luas kita menyebarkan kebaikan di mana-mana, akan timbul kebaikan-kebaikan yang lain. Kalau kita ingin hidup kita berarti, jangan cuma melihat, jangan cuma bicara, tapi lakukan,” pungkasnya.

Di tengah buruknya citra kepolisian Indonesia akibat kasus Sambo dan Tragedi Kanjuruhan yang memakan ratusan nyawa Aremania, sosok Aipda Purnomo masih menyisakan harapan. Masih ada orang baik di kepolisian. Purnomo saja bisa belajar baik, Polri juga bisa belajar baik dan menjadi lebih baik. Dan di masa depan mungkin kita menjadi negara tanpa polisi karena sudah tidak ada orang yang jahat, semua menjadi orang baik. Semoga.