3 Jan 2024
7 menit waktu baca
19 view
7 menit waktu baca

Dunia Baginya Senyap, Tapi Hidupnya Gemilang

Dunia Baginya Senyap, Tapi Hidupnya Gemilang

Iswahyudi

“Seorang perempuan dengan berkebutuhan khusus bisa memimpin gerakan? Jawabannya: kenapa tidak? Keterbatasan bukan menjadi penghalang. Aku berada di titik di mana, kenapa aku harus mengerti orang lain dan kenapa orang lain tidak mengerti saya? Akhirnya aku berubah, orang lain bisa berharmoni bersama aku apa adanya. Gak bisa denger? Iya gak bisa, tapi bukan berarti layak untuk dicaci. Tapi diberi kesempatan. Tantangannya berlipat-lipat lebih susah, berhadapan dengan banyak orang, dipaksa untuk berdiri tegak di tengah badai. Tapi aku belajar banyak, bagaimana seorang harus bisa menjadi problem solver. Kita kuat karena pengalaman, jadi jangan pilah-pilih kesempatan” tulis Angkie Yudista di Instagram pribadinya (01/01/ 2024).

Siapa Angkie Yudista? Seorang wanita disabilitas rungu sejak umur 10 tahun, bergerak dalam socioprenuer, Thisable Enterprise, yang bergerak membina para penyandang disabilitas agar bisa mandiri, berkarya, dan bekerja. Angkei berharap para penyandang disabilitas mandiri secara finansial. Mereka punya skill dan produk-produk mereka dibeli bukan karena kasihan, tapi karena memang punya kualitas.

Sekitar 8 tahun bergelut dalam pemberdayaan disabilitas, kisah Angkie terdengar kantor sekertariat presiden. Pada 2019 Angkie diangkat menjadi sebagai staf khusus presiden bidang sosial di pemerintahan Presiden Joko Widodo hingga sekarang.

Angkie.jpg


Kisah Angkie bergelut dengan disabilitas dan stigma

Wanita rupawan kelahiran5 Mei 1987 terlahir normal tanpa menyandang satupun disabilitas. Namun hidupnya mengalami ujian pada usia 10 tahun. Waktu ia tinggal di Ambon mengikuti dinas orang tuanya, ia terserang malaria dan mengalami panas tinggi. Dokter menerapinya dengan memberikan suntikan anti biotik. Rupanya saraf pendengarannya yang terkena efek samping dari terapi tersebut. Angkie sempat terpuruk. Ia bertanya, “Mengapa ini menimpanya?” Sempat mengupayakan berbagai pengobatan tapi pendengarannya semakin hilang. Namun, orang tua menyemangati untuk bangkit, dan berusaha menerima kondisi ini. Ia disekolahkan di sekolah biasa. Sering mengalami perundungan karena kondisinya. Tapi juga ada banyak teman-teman yang mendukung dan menyemangatinya.

Perlahan Angkie tumbuh percaya diri. Orang tuanya tidak mengurungnya di rumah untuk menghindari stigma dan perundungan dari teman-temannya. Ia diikutkan les belajar agar prestasinya di sekolah meningkat.

“Ya, tapi apa yang bisa membuat aku bertahan itu adalah pertama, teman yang baik.” Ia merasa teman-teman yang baik itu menyemangatinya saat teman-teman yang lain merundungnya, berbisik-bisik di belakang, dan menggosipinya. Walaupun ia sempat mentalnya jatuh. Dan Selanjutnya yang membuat ia bertahan hingga kini adalah peran ibunya dan bapaknya.

“Tapi yang membuat aku bertahan itu adalah orangtua, Mamah khususnya. Bapakku tidak menyembunyikan aku di rumah. Masih banyak orang-orang yang merasa kalau anaknya beda dari yang lain, sudahlah di rumah saja, nggak boleh ngapa-ngapain. Tapi Mama aku itu memberikan aku kesempatan untuk meng-upgrade skill dari sedini mungkin.” tambahnya.

Dari itu ia semakin percaya dari menjalani hidup. Bahkan ia pernah mengikut kontes kecantikan Abang dan None di wilayah DKI Jakarta yang mewakili daerah pemilihan Jakarta Barat (2008) dan ia masuk pada tahap final. Di tahun yang sama, Angkie juga berhasil menyabet penghargaan sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008. Di bidang pendidikan ia berhasil menyelesaikan studi masternya di bidang komunikasi di London School of Public Relation di Jakarta.

Bagi seorang disabilitas seperti dirinya, pendidikan yang bagus sampai jenjang master ternyata tak menjaminnya mudah mendapat pekerjaan. Dalam doanya, Angkie sering memohon kepada Tuhan agar pendengarannya kembali. Namun doa itu seolah tidak dijawab oleh Tuhan. Suatu ketika ia diajak melakukan ibadah umrah di Tanah suci Mekkah. Dalam prosesi ibadah umrah itu, ia berusaha mencium sebuah batu suci yaitu Hajar Aswad. Itu adalah sebuah pencapaian yang diidamkan oleh para penziarah. Namun begitu banyak orang berjejalan ingin mencium batu suci itu, seolah kecil kemungkinannya ia bisa menciumnya. Dalam antrean yang penuh ketidakpastian, ia melihat seorang wanita tua minta pertolongan. Tak ada orang yang peduli pada wanita renta itu. Hati Angkie merasa terpanggil untuk membantunya. Begitu ia menyelesaikan laku bajik membantu wanita tua renta itu, ia menemukan jalan untuk bisa mencium batu suci itu.

Dari peristiwa itu, ia menyadari sebuah pelajaran bahwa untuk mewujudkan sebuah harapan atau sebuah doa ia harus menempuh laku kebajikan. Mulai saat itu, sudut pandangnya tentang hidup berubah. Ia mengubah doanya yang tadinya ingin pendengarannya kembali, kini ia bisa menerima kondisinya dan memohon kepada Tuhan agar ditunjukkan jalan tentang apa panggilan hidupnya. Ketika ia sangat susah mencari pekerjaan walaupun sudah mengenyam pendidikan hingga program master, ia terpanggil untuk membantu dan memberdayakan orang yang punya nasib sepertinya yaitu penyandang disabilitas. Dan itu ternyata passion dan panggilan hidupnya.Angkie akhirnya memutuskan mendirikan sebuah perusahaan yaitu Thisable Enterprise pada 2011 yang punya misi memberdayakan kelompok disabilitas di Indonesia agar memiliki kemampuan, keterampilan, dan berakhir dengan menyalurkannya ke dunia kerja khususnya dalam industri ekonomi kreatif. Ia menyadari sebuah kenyataan bahwa para penyandang disabilitas masih kesulitan mendapatkan pekerjaan yang baik. Ia berharap bahwa mereka bisa bersaing dalam dunia kerja dan meningkatkan perekonomian mereka.

Sering waktu perusahaannya tambah maju. Thisable Enterprise sudah berkembang dengan baik dan menjadi sebuah grup yang membawahi Thisable Foundation, Thisable Recruitment, serta Thisable Digital. Entitas bisnis itu bergerak dalam menyediakan berbagai macam pelatihan untuk kelompok disabilitas agar bisa bekerja secara profesional.

Angkie1.jpg

Dari dedikasi dan komitmennya pada pemberdayaa disabilitas, Angkie mendapatkan penghargaan Asia's Top Outstanding Women Marketeer of The Year dari Asia Marketing Federation. Hal tersebut membuat dirinya bertekad untuk lebih membantu kelompok disabilitas demi menuju Indonesia yang inklusif.

Upaya tidak sampai disitu, ia berusaha menuliskan pengalamannya dalam bergelut dalam upaya ini dan menuangkannya melalui buku yang berjudul 'Perempuan Tunarungu Menembus Batas' yang terbit di tahun 2011, 'Setinggi Langit' yang terbit di tahun 2013 dan Become Rich As A Sociopreneur (2019)

Ketika ia dipromosikan menjadi staf khusus presiden bidang sosial, ia memanfaatkan momen itu semakin membantu para penyandang disabilitas. Keterlibatannya dengan para pengambil kebijakan, ia gunakan untuk memperjuangkan kondisi Indonesia menjadi ramah disabilitas. Apalagi masuknya di sebagai staf khusus presiden menunjukkan penyandang disabilitas bukan lagi kelompok minoritas yang perannya dalam masyarakat dibatasi dan distigmai.

Sebenarnya regulasi di Indonesia sudah mulai mempertimbangkan peran para penyandang disabilitas, walaupun belum semua agenda bisa diwujudkan. Misalnya dalam Undang-undang Ketenagakerjaan Disabilitas UU 8/2016 Pasal 53 ayat (1) pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, dan Badan Usaha dan BUMD wajib mempekerjakan paling sedikit 2% penyandang disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja. Pasal 53 ayat (2) perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen) penyandang disabilitas dari jumlah pegawai yang ada di perusahaannya.

Saat ia menjabat sebagai staf khusus presiden, ia berusaha mendorong agar regulasi dan infrastruktur para difabel yang angkanya mencapai 21 juta orang bisa diselesaikan. Hingga kini, 7 Peraturan Pemerintah, 2 Peraturan Presiden dan Komisi Nasional Disabilitas bisa diwujudkan.

“Dalam sejarah kita nggak pernah punya sebelumnya dan dalam sejarah akhirnya kita punya. Itu langsung diproses dan juga disahkan, terus dilantik dan diresmikan langsung oleh Pak Presiden. Itu adalah sebagai bentuk legacy yang diberikan karena diberikan kesempatan untuk mengabdi kepada Pak Presiden dan masyarakat Indonesia.” kata Angkie.

Angkie12.jpg

Kisah nyata inpiratif Angkie juga diangkat dalam sebuah serial film berjudul ‘Isyarat’. Film ini berkisah tentang Angkie dan konflik yang dihadapinya bersama keluarganya ketika tiba-tiba ia menjadi seorang disabilitas rungu yang berujung pada kesulitan menjalani kehidupan sehari-harinya, khususnya saat melanjutkan pendidikannya di sekolah umum. Walau mengalami disabilitas, Angkie tetap mendapat didikan keras dari ibunya yang ingin dirinya menjadi pribadi yang tangguh, tahan banting dan akhirnya mendirikan Thisable Enterprise dan menjadi staf khusus presiden.

Dan bak kisah dari negeri dongeng, Angkie menemukan cinta sejatinya yang siap menghabiskan sisa hidupnya bersama. Seorang pria bernama Budi Prasetyo yang meminangnya pada 2014 dan menerima kondisinya apa adanya. Dan dua orang putri yang cantik dan normal terlahir dari dua pasangan ini.