Iswahyudi
“Saat-saat terbaik dalam hidup kita bukanlah saat-saat yang pasif, reseptif, dan santai… Momen-momen terbaik biasanya terjadi ketika tubuh atau pikiran seseorang dikerahkan hingga batas kemampuannya dalam upaya sukarela untuk mencapai sesuatu yang sulit dan bermanfaat.”Mihaly Csikszentmihalyi (1990, hal. 3)
“Saya menemukan catur adalah cara ajaib untuk memasuki dunia berbeda di mana semua hal itu tidak penting. Selama berjam-jam saya hanya fokus pada kenyataan yang memiliki aturan dan tujuan yang jelas”(Sobel, D. (1995, Januari). Wawancara: Mihaly Csikszentmihalyi. Omni, 73-90.).
Saat-saat terbaik biasanya terjadi ketika tubuh atau pikiran seseorang dikerahkan hingga batas kemampuannya dalam upaya sukarela untuk mencapai sesuatu yang sulit dan bermanfaat. Pengalaman optimal adalah sesuatu yang kami wujudkan.(Csikszentmihalyi, 1990, hal.3)
“Suatu keadaan di mana orang-orang begitu terlibat dalam suatu aktivitas sehingga tidak ada hal lain yang dianggap penting; pengalaman ini sangat menyenangkan sehingga orang-orang akan terus melakukannya meskipun harus mengeluarkan biaya yang besar, hanya demi melakukannya.”(Cskikszentmihalyi, 1990, p.4)
Kesamaan antara Yoga dan aliran sangatlah kuat; sebenarnya masuk akal untuk menganggap Yoga sebagai aktivitas aliran yang direncanakan secara menyeluruh. Keduanya berusaha mencapai keterlibatan yang menggembirakan dan melupakan diri sendiri melalui konsentrasi, yang pada gilirannya dimungkinkan oleh disiplin tubuh.(Csikszentmihalyi, 1990, hal.1o5)
“Kesadaran dan emosi ada untuk memperbaiki lintasan Anda; ketika apa yang Anda lakukan sudah sempurna, Anda tidak membutuhkannya(Csikszentmihalyi, 2002, hal. 116).”
Itulah beberapa kutipan pemikiran Mihaly Csikszentmihalyi tentang kebahagiaan. Menurutnya kebahagiaan itu adalah sesuatu yang tak datang begitu saja. Seseorang harus berupaya sampai ia menemukan suatu kondisi ‘Flow’ (mengalir). Pada kondisi inilah seseorang bisa mencapai kebahagiaan atau kepuasan yang sejati atau pengalaman optimal. Dalam keadaan ini seseorang asyik sepenuhnya dalam suatu kegiatan, terutama kegiatan yang melibatkan kemampuan kreatifnya. Selama “pengalaman optimal” ini mereka merasa “kuat, waspada, mudah dikendalikan, tidak sadar diri, dan berada di puncak kemampuan mereka.”
Pengalaman ‘mengalir’ ini tidak terjadi begitu saja. Hal ini harus dipersiapkan dan dikembangkan oleh setiap orang, dengan memberikan tantangan yang tidak terlalu berat dan tidak terlalu sederhana bagi kemampuan seseorang. Pengalaman ‘mengalir’ itu kita teringat dengan pemikiran Zhuangzi tentang “keterampilan hebat” yang dicapai oleh orang bijak Daois seperti tukang kayu P'ien dan tukang daging Ting, yang berhasil menemukan kebahagiaan dalam seni memotong bangkai sapi dengan “mengikuti Tao ”. Menurut Zhuangzhi para orang bijak kerah biru seperti P’ien dan Ting yang berada pada posisi paling bawah dari hierarki sosial justru lebih mudah mencapai kebahagiaan dibanding para sarjana Konfusianisme, yang dalam bahasa Zhuangzi, mempelajari “sisa-sisa kebijaksanaan” dalam buku-buku tak bernyawa dan telah kehilangan kontak dengan dunia nyata.
Di era sekarang pengalaman ‘mengalir’ itu bisa digambarkan ketika seseorang berlatih sky di sebuah gunung bersalju. Sesuatu yang tak mudah dan sangat beresiko. Dengan sebuah latihan yang panjang, seseorang akhirnya berhasil menaklukkan gunung bersalju dan menjadi satu dengan gunung. Menuruni setiap lerengnya dengan mulus dan selamat. Bagi pemain sky yang bisa bermain dengan mulus dan selamat ia akan merasakan pengalaman optimal. Itulah ‘mengalir atuflow’ itu.
Bukan hanya itu mungkin setiap orang pernah mengalami pengalaman serupa dalam aktivitas lain seperti mengerjakan proyek yang sulit, atau bahkan pada hal-hal sederhana seperti membaca atau mengobrol dengan teman. Momen ketika pikiran seseorang menjadi sepenuhnya terserap dalam aktivitas yang ia lakukan sehingga seseorang “melupakan diri sendiri” dan mulai bertindak tanpa susah payah, dengan rasa kesadaran yang tinggi akan saat ini (now). Itulah manifestasi kondisi ‘mengalir’.
Dan itulah kondisi ‘mengalir’ yang menjadi banyak kajian para ahli psikologi seperti Mihaly Csikszentmihalyi. Menurutnya kondisi ‘mengalir’ itu ada beberapa elemen yang harus terpenuhi;(1) Ada tujuan yang jelas di setiap langkahnya, (2) Ada umpan balik langsung terhadap tindakan seseorang, (3) Ada keseimbangan antara tantangan dan keterampilan, (4) Tindakan dan kesadaran digabungkan, (5) Gangguan dikecualikan dari kesadaran. (6) Tidak ada kekhawatiran akan kegagalan, (7) Kesadaran diri menghilang, (8) Pengertian waktu menjadi terdistorsi dan (9) Aktivitas itu menjadi tujuan itu sendiri.
Seperti yang ditunjukkan oleh kualitas-kualitas di atas, keadaan ‘ mengalir’ pada dasarnya tidak dicirikan oleh perasaan subjektif, bahkan perasaan positif. Sebaliknya, inti dari ‘mengalir’ adalah menghilangkan campur tangan pikiran yang berpikir. Ketika Michael Jordan berada “kondisi mengalir” dan melakukan umpan dari belakang, dia tidak secara sadar berpikir bagaimana ia bisa mengoper bola, dan jika dia melakukannya, dia akan mengganggu keadaannya yang mengalir dan mungkin melempar bola keranjang. Penyerapan dalam suatu tugas menunjukkan tidak adanya diri, dan menyatunya kesadaran seseorang ke dalam aktivitas yang ia lakukan. Seperti yang dikatakan oleh psikolog positif Martin Seligman, “Kesadaran dan emosi ada untuk memperbaiki lintasan Anda; ketika apa yang Anda lakukan sudah sempurna, Anda tidak membutuhkannya”(Csikszentmihalyi, 2002, hal. 116).
Meskipun penelitian Csikszentmihalyi berfokus pada bidang kerja dan hasil kreatif, ia melihat bahwa keadaan ‘mengalir’ dapat diterapkan pada hubungan dan situasi; bahkan saat-saat sulit bisa berubah menjadi tantangan, bukan kemunduran. Ia bahkan menyimpulkan bahwa ada orang yang telah mengembangkan ‘kondisi mengalir’ sedemikian rupa sehingga mampu menerjemahkan setiap potensi ancaman menjadi tantangan yang menyenangkan, sehingga menjaga ketenangan batin sebagai keadaan pikiran yang berkelanjutan. Ia menyebut orang seperti itu sebagai “diri autotelik”, seseorang yang “tidak pernah bosan, jarang cemas, selalu terlibat dengan apa yang terjadi dan mengalir”. Sekarang orang mungkin berpikir bahwa keadaan seperti itu hanya diperuntukkan bagi segelintir manusia besar seperti Socrates, Gandhi, atau Dalai Lama. Namun nyatanya, contoh yang diberikan Csikszentmihalyi adalah contoh orang-orang biasa yang mampu menemukan kesenangan dalam tugas-tugas sehari-hari.
Ia mencontohkan kisah Joe Si Tukang Las. Joe memilih untuk melepaskan promosi bergaji lebih tinggi menjadi mandor karena dia mencintai pekerjaannya sebagai tukang las sederhana. Selama bertahun-tahun, ia telah menguasai setiap tahapan operasi pabrik. Ia dapat memperbaiki mesin betapapun rumitnya, dan ia menantikan setiap tantangan sebagai peluang untuk menguji keterampilannya. Sementara tukang las lainnya memandang pekerjaan mereka sebagai beban berat yang harus mereka hindari. Joe menikmati setiap momen sepanjang hari dan karenanya tidak perlu khawatir. Joe adalah pribadi yang otentik yang mampu menciptakan pengalaman mengalir bahkan di lingkungan yang paling keras, dan karenanya menjalani kehidupan yang memuaskan, meskipun gaji dan status sosialnya relatif rendah.
Contoh kasus yang dekat dengan kita di Indonesia adalah kisah Mbah Marijan si Penjaga Gunung paling aktif di dunia yaitu gunung Merapi. Ia ditugaskan oleh Sultan Yogja untuk menjadi juru kunci Merapi dengan gelar Mas Penewu Suraksohargo. Gaji terakhir Mbah Maridjan adalah Rp 81.000. Mungkin orang zaman sekarang tak habis pikir bagaimana dengan gaji sekecil itu ia setia untuk mengemban tanggung jawab yang sangat berat dan beresiko. Dan benar saja, beliau menjalankannya sampai ia meninggal akibat terkena wedus gembel yang suhunya ratusan derajat celcius dengan penuh kesetiaan dan dalam kondisi sujud. Ini bisa dimaknai bahwa beliau sudah mengalamai pengalaman ‘mengalir’ yang digambarkan oleh Csikszentmihalyi. Bila benar begitu, beliau benar telah mencapai kepuasan sejati, pengalaman puncak, dan kebahagiaan sejati. Rosa Rosa.
Siapa Mihaly Csikszentmihalyi ?
Ia hidup antara 29 September 1934 – 20 Oktober 2021. Dia adalah seorang psikolog Hongaria-Amerika. Dia adalah Profesor Psikologi dan Manajemen Terhormat di Claremont Graduate University. Sebelumnya dia mengepalai departemen psikologi di Universitas Chicago, dan memimpin departemen sosiologi dan antropologi di Lake Forest College.
Ia adalah putra ketiga seorang diplomat karir di Konsulat Hongaria di Fiume. Pada tahun 1944, ketika Csikszentmihalyi berusia sepuluh tahun, salah satu dari dua kakak tirinya terbunuh dalam Pengepungan Budapest, dan yang lainnya, Moricz, dikirim ke kamp kerja paksa di Siberia oleh Soviet. Beberapa dekade kemudian, Mihaly dan Moricz bertemu kembali di Budapest.
Ayahnya diangkat menjadi Duta Besar Hongaria untuk Italia tak lama setelah Perang Dunia Kedua, dan memindahkan keluarganya ke Roma. Ketika Komunis mengambil alih Hongaria pada tahun 1949, ayah Csikszentmihalyi mengundurkan diri daripada memilih bekerja untuk rezim tersebut. Rezim Komunis menanggapinya dengan mengusir ayahnya dan mencabut kewarganegaraan Hongaria dari keluarganya. Untuk mencari nafkah, ayahnya membuka sebuah restoran di Roma, dan Csikszentmihalyi putus sekolah untuk membantu pendapatan keluarga. Pada saat ini, Csikszentmihalyi muda, yang saat itu sedang melakukan perjalanan di Swiss, melihat Carl Jung memberikan ceramah tentang psikologi penampakan UFO.
Csikszentmihalyi beremigrasi ke Amerika Serikat pada usia 22 tahun, bekerja malam untuk menghidupi dirinya sendiri saat belajar di Universitas Chicago. Dia menerima gelar B.A. pada tahun 1959 dan gelar Ph.D. pada tahun 1965, keduanya dari Universitas Chicago. Dia kemudian mengajar di Lake Forest College, sebelum menjadi profesor di UChicago pada tahun 1969.
Martin Seligman, mantan presiden American Psychological Association, menggambarkan Csikszentmihalyi sebagai peneliti psikologi positif terkemuka di dunia. Csikszentmihalyi berkata: "Penindasan bukanlah jalan menuju kebajikan. Ketika orang menahan diri karena rasa takut, hidup mereka akan berkurang. Hanya melalui disiplin yang dipilih secara bebas, kehidupan dapat dinikmati dan tetap berada dalam batas-batas akal sehat. Karya yang paling dikenal berjudul Flow: The Psychology of Optimal Experience.
"Terlibat sepenuhnya dalam suatu aktivitas demi aktivitas itu sendiri. Ego menghilang. Waktu berlalu. Setiap tindakan, gerakan, dan pemikiran pasti mengikuti tindakan sebelumnya, seperti bermain jazz. Seluruh badan terliba, dan Anda menggunakan keahlian Anda semaksimal mungkin." Csikszentmihalyi