1 Des 2023
7 menit waktu baca
92 view
7 menit waktu baca

Serial Kuliah Kebahagiaan Predator Kebahagiaan

Serial Kuliah Kebahagiaan  Predator Kebahagiaan

Iswahyudi


The only thing that will make you happy is being happy with who you are. (Satu-satunya hal yang akan membuat Anda bahagia adalah menjadi bahagia dengan diri Anda sendiri.) - Goldie Hawn. Kunci kebahagaian seseorang ada pada dirinya sendiri, pada pola pikir dan pola prilakunya sendiri. Faktor eksternal sebenarnya hanya sedikit berkontribusi pada kebahagiaan. Pada titik kondisi yang ekstrim seseorang tetap bisa menemukan kebahagiaan. Ini dialami oleh Victor Frankle dan tahanan Nazi yang lain, yang mengatakan kebahagiaan itu ketika seseorang menemukan makna hidup. Ancaman kematian tidak bisa mengoyahkan seseorang untuk tetap bahagia dan bermakna. Namun, kebanyakan orang merasa tidak bahagia karena merasa kebahagiaan itu diberikan bukan diciptakan atau dibiasakan. Orang yang tidak berbahagia meyakini bahwa dirinya adalah korban dari orang lain, situasi yang buruk dan lain-lain. Sementara orang yang bahagia adalah orang yang bertanggung jawab untuk menciptakan kebahagiaan menjadi kenyataan kehidupan, dan itu menjadi pilihan hidupnya.  If you want to be happy, be  (Jika Anda ingin bahagia, jadilah) - Leo Tolstoy

Ada beberapa pola pikir dan pola sikap yang jika itu ada pada seseorang, maka mereka akan menjadi predator kebahagiaan pada seseorang:

Pertama, Membandingkan dengan Kebahagiaan Orang Lain

Kebahagiaan itu unik, setiap orang punya versinya sendiri. Kebahagiaan menjadi ambyar ketika ia membandingkan diri dengan taraf kebahagiaan orang lain. Banyak kecenderungan orang mulai membandingkan pendapatan, apa yang dimiliki, status, kecerdasan, penampilan, kesuksesan, dan lainnya dengan milik orang lain. Akhirnya memunculkan kecemburuan. Semenjak kecemburuan itu bersarang di hati seseorang maka ia akan menjadi pencuri kebahagiaan. “Perbandingan dengan diri sendiri mendatangkan kemajuan, perbandingan dengan orang lain mendatangkan ketidakpuasan”~ Betty Jemmy Chung.

 

Orang yang suka membanding-bandingkan tidak menyadari bahwa setiap orang itu unik, dan tiap orang memulai  titik hidupnya berbeda-beda dan mempunyai skenario atau takdir yang berbeda-beda. Kebahagiaan atau kesuksesan orang lain hanya bisa dijadikan inspirasi untuk mengambil tindakan untuk mengubah situasi Anda, tidak lebih. Setelah itu kita harus setia di jalur kita. Bentuk perbandingan yang paling baik adalah perbandingan dengan diri sendiri. Karena kebahagiaan sering kali didapat ketika kita memenuhi target kita, bukan target orang lain. Jika kita  telah memberikan upaya terbaik sepanjang hari, kita akan merasakan kepuasan, yang merupakan sumber kebahagiaan sesungguhnya. Hidup saja sudah cukup, berhentilah membandingkan dirimu dengan orang lain.

Kebiasaan membanding-bandingkan ini tumbuh subur ketika era media sosial menggejala. Happiness Research Institute melakukan Eksperimen Facebook untuk mengetahui bagaimana kebiasaan bermedia sosial memengaruhi kebahagiaan seseorang. Separuh dari peserta penelitian tetap menggunakan Facebook seperti biasanya, sementara separuh lainnya tidak menggunakan Facebook selama seminggu. Hasilnya sangat mengejutkan. Pada akhir minggu, peserta yang tidak menggunakan Facebook melaporkan tingkat kepuasan yang jauh lebih tinggi terhadap hidup mereka dan tingkat kesedihan dan kesepian yang lebih rendah. Para peneliti juga menyimpulkan bahwa orang-orang yang menggunakan Facebook 55% lebih mungkin merasakan stres sebagai dampaknya. Dan yang menyedihkan bahwa fakta pencitraan yang terjadi Facebook dan media sosial  jarang mewakili kenyataan. Di media sosial memang semua serba sempurna dan glowing, tapi hanya di depan kamera saja, apalagi semakin marak apikasi filter yang keterlaluan, di mana wajah bopeng bisa kelihatan ganteng dan cantik maksimal.

 

Kedua, Terjebak di Masa Lalu atau Tersesat di Masa Depan

Sebuah penelitian menemukan bahwa pikiran manusia menghasilkan sekitar 60.000 pemikiran per hari dan lebih dari 95% di antaranya adalah pemikiran yang berulang-ulang. Kejadian traumatis, kenangan paling menyentuh, hal yang membahagiakan yang pernah dialami seseorang sering kali terbawa-bawa hinggi kini, membentuk satu pola pikir atau sentimen atau keyakinan tertentu. Ada orang yang tidak bisa keluar dari bingkai peristiwa masa lalu. Bila ini terjadi, orang tersebut terjebak atau hidup di masa lalu.

Sementara itu, ada orang yang terus memikirkan masa depan mereka. Mereka terus-menerus cemas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya dalam hidup mereka. Bagaimana masa depan mereka? Orang seperti ini bisa disebut tersesat di masa depan.

Kedua tipe orang ini akan sulit merasakan kebahagiaan dan terlepas dari kenyataan kekinian yang sedang dialami. Padahal kalau ia membuka mata, membuka telinga, mencicipi dan merasakan situasi kekinian kemungkinan besar mereka merasakan kepuasan dan kebahagiaan. Karena saat ini adalah sesuatu yang nyata dan sedang dialami secara real time. Masa lalu tidak bisa diubah, sementara masa depan hanya bisa diubah dan dipastikan dengan tindakan-tindakan masa kini. Masa kini adalah satu-satunya tempat di mana  bertindak dan melakukan beberapa pengendalian.  Filsuf Tiongkok Lao Tzu berkata: Jika Anda mengalami depresi, Anda hidup di masa lalu. Jika Anda cemas, Anda hidup di masa depan.

 

Ketiga, Kurangnya Rasa Syukur

Berapa jumlah nikmat Tuhan yang diberikan kepada manusia setiap harinya? Mungkin pertanyaan ini jarang sekali ditanyakan oleh banyak orang setiap harinya. Berapa banyak hembusan nafas yang kita lakukan setiap hari? Tak ada yang bisa menjawab berapa pastinya. Tapi ketika pandemi covid yang melanda beberapa waktu yang lalu, kita baru merasakan nikmat dan pentingnya oksigen. Tapi jarang sekali orang menyadari bahwa itu hal yang harus disyukuri. Berapa banyak sinar matahari yang menghangatkan kita dan mendukung kehidupan? Berapa banyak tanah? Berapa banyak air? Berapa banyak waktu? Pernahkah itu semua menjadi objek yang perlu disyukuri. Syukur itu membuat kebahagiaan itu menjadi kenyataan. Bahwa alam ini begitu baik kepada manusia. Hanya memberi tak harap kembali. “Jika kamu bersyukur, maka sungguh Aku lipatgandakan karuniaku. Tapi jika kalian ingkar, maka siksaku teramat pedih’ Al Quran.  Orang yang kurang bersyukur kehidupannya merasa gelisah, kurang puas, dan pastinya tidak bahagia.

 

Satu contoh kecil, suatu hari di saat panas terik, Anda disuguhi setengah gelas air putih. Ketika Anda kurang bersyukur Anda akan melihat setengah gelas kosong, bukan setengah gelas isi. Padahal setengah gelas air ini pun bisa menghilangkan dahaga Anda. Contoh yang lain adalah sebuah fakta bahwa lebih dari 200 Juta orang di India tidur dengan perut kosong setiap malam. Jika orang-orang ini mendapat satu kali makan, maka mereka akan menjadi orang yang paling bahagia.

 

Sebaliknya jika Anda mempunyai rumah untuk ditinggali, kendaraan untuk dikendarai, pekerjaan yang layak, atau panggilan untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan bersama keluarga, keadaan Anda sudah lebih baik daripada 200 juta orang India yang tidur dalam perut kosong, tapi kenapa kita merasa masih kurang bahagia?

 

Keempat, Malas Gerak (Mager)

Banyak orang mungkin berfikir bahwa teknologi telah banyak mempermudah kehidupan manusia. Tapi kenapa orang banyak yang tidak bahagia dan ada kecenderungan mengalami gangguan jiwa. Tidak lain karena orang sekarang sangat kurang aktivitas fisiknya karena dimanjakan oleh teknologi. Komposisi tubuh manusia yang memiliki dua tangan, dua kaki, dua mata, dua lubang hidung, dua telinga bisa dimaknai bahwa kodrat manusia;  agar lebih banyak karya yang dihasilkan oleh dua tangannya, agar lebih jauh berpetualang dengan dua kakinya, lebih banyak warna yang ia bisa ia lihat dengan dua matanya, agar lebih banyak aroma yang ia hirup, dan agar lebih banyak  suara yang ia dengar.

Dan itu hanya ia bisa capai dengan terjun secara aktif dan bergerak di alam. Ketika ini dilakukan tubuh melepaskan zat kimia bernama endorfin. Endorfin ini berinteraksi dengan reseptor di otak Anda yang mengurangi persepsi Anda tentang rasa sakit. Endorfin memicu perasaan positif dalam tubuh dan membantu Anda mengembangkan pandangan hidup yang positif dan berenergi.

Sebuah penelitian dalam Clinical Journal of Sports Medicine menemukan bahwa “Orang yang tidak aktif … mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk merasa tidak bahagia dibandingkan mereka yang tetap aktif.”

 

Kelima, Kurang tidur dan tidak teratur tidurnya

Ada banyak sekali cara tidur itu penting untuk kebahagiaan Anda. Dokter merekomendasikan tidur antara 7 dan 9 jam, dan untuk alasan yang bagus. Ketika Anda kurang tidur, otak Anda tidak dapat mengatur dirinya sendiri dengan baik, dan emosi Anda mulai menjadi liar dan mengambil alih. Meskipun ilmu pengetahuannya mungkin rumit, buktinya jelas: orang yang cukup tidur cenderung merasa lebih bahagia.

 

 

Keenam,  Berkumpul di Sekitar Orang Negatif

Dalam ilmu kebahagiaan mempunyai teman sejati itu kunci bahagia. Pikiran  dan sikap positif bisa menular, demikian juga pikiran dan sikap negatif bisa mempengaruhi atmosfir pertemanan. Banyak orang dibentuk oleh atmosphir pertemanan dari pada lingkungan keluarga atau lingkungan pendidikan. Jika seseorang banyak dikelilingi oleh orang-orang yang bermental toxic maka kebahagiaan itu jauh panggang dari api.

 

Seseorang yang ingin hidup bahagia harus mengelilingi hidupnya dengan orang-orang yang menginspirasi Anda, memberi apresiasi saat berprestasi, dan memberi dukungan saat jatuh. Hindari bergaul dengan orang-orang yang membuat Anda merasa tidak berharga, cemas, atau tidak bersemangat. Hidup ini terlalu singkat untuk bergaul dengan orang-orang seperti ini. Lihat apa yang terjadi, kebahagiaan bukan hanya sekedar mimpi.

 

 

Ketujuh, Sikap  Menyalahkan

 

Siapa yang bisa mengendalikan kebahagiaan seseorang? Hanya orang itu sendiri. Itulah mengapa sikap menyalahkan sangat tidak sejalan dengan kebahagiaan. Ketika seseorang menyalahkan orang lain atau keadaan atas hal buruk yang terjadi padanya,  berarti seseorang tidak mempunyai kendali atas hidupnya sendiri. Inilah mentalitas korban bukan mentalitas bertanggung jawab. Dan kebahagiaan itu adalah tanggung jawab setiap orang.