Suatu ketika ada dua orang sahabat, Rohit dan Sonu, yang tinggal di sebuah desa. Mereka biasa bermain, belajar, dan melakukan kegiatan bersama sejak kecil.
Setelah dewasa, mereka memutuskan untuk meninggalkan desanya dan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Mereka membutuhkan beberapa hari perjalanan untuk sampai di sana.
Setelah berjalan setengah hari, mereka berdua merasa kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum memasuki hutan.
Saat itu mereka melihat ada seorang biksu yang berlari keluar dari dalam hutan. Biksu itu terengah-engah dan tampak ketakutan.
Biksu kemudian memberi tahu mereka: "Ada iblis di dalam hutan. Kalian tidak boleh pergi ke sana, percayalah, kalian berdua harus berbalik arah dan pergi dari sini."
Biksu itu kemudian pergi.
Kedua sahabat itu bingung dan ketakutan setelah mendengar perkataan sang biksu. Keduanya ingin pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, namun tidak ada jalan lain ke kota, selain melewati hutan.
Mereka ketakutan, namun akhirnya memutuskan untuk terus berjalan memasuki hutan.
Mereka mulai berjalan ke dalam hutan dan akhirnya sampai ke tengah hutan. Tiba -tiba mereka melihat ada sebuah kantong besar di sana. Dengan was-was keduanya membuka kantong besar tersebut.
Ternyata kantong itu penuh berisi koin emas. Mereka pun merasa sangat senang.
Kemudian mereka memutuskan untuk membagi koin emas tersebut sama rata.
Setelah selesai membagi koin emas, mereka lalu berpikir bahwa biksu tadi adalah bodoh dan pembohong. Mereka merasa bersyukur tidak mendengarkan perkataan biksu tersebut. Tidak ada iblis di hutan, yang ada justru adalah sebuah kantong penuh koin emas.
Saat itu mereka mulai merasa lapar, jadi mereka memutuskan untuk memasak buah dan tanaman yang ada di dalam hutan. Mereka lalu membagi tugas, Rohit bertugas pergi ke sungai untuk mengambil air, sementara Sonu yang mencari buah dan tanaman serta menyiapkan api untuk memasak buah.
Rohit pun bergegas pergi ke sungai untuk mengambil air, namun di sana dia tiba-tiba berpikir: "Emmm,,,Jika semua koin emas itu menjadi milik saya, seumur hidup saya tidak perlu bekerja lagi, dan bisa terus hidup dalam kemewahan."
Jadi Rohit memutuskan untuk menggunakan pisau yang dia bawa untuk membunuh Sonu, dan kemudian dia akan mengambil semua koin emas yang ada.
Materi dan kekayaan telah menutupi hati nuraninya.
Rohit kembali dan memberikan air yang dia ambil dari sungai kepada Sonu. Sonu pun segera menggunakan air itu untuk merebus buah-buahan serta tanaman yang dia petik.
Saat menunggu masakannya matang, diam-diam Rohit menyelinap ke belakang Sonu, dan dengan menggunakan pisau yang dia bawa, dia menikam sahabatnya itu dari belakang.
Sonu kemudian tewas seketika.
Rohit merasa senang dan mulai memikirkan tentang apa saja yang akan dia beli dengan semua koin emas yang sekarang dia miliki sendiri.
Saat itu masakan yang dimasak pun matang, jadi Rohit mulai memakan buah-buahan serta tanaman yang dimasak Sonu sebelumnya.
Namun baru saja dia menelan sedikit masakan itu, dia merasa mual, dan kemudian dia muntah darah, tak lama diapun mati keracunan.
Rupanya Sonu telah mencampur beberapa tanaman beracun di dalam masakannya itu.
Ternyata Sonu juga mempunyai pemikiran yang sama, dan memutuskan untuk membunuh temannya itu dengan menggunakan racun, materi dan kekayaan, juga telah menutupi hati nuraninya.
Kini, kedua sahabat itu tergeletak tak bernyawa, bersama dengan sekantong koin emas di dekatnya.
Koin emas itulah yang dimaksud sebagai iblis oleh sang biksu, karena mampu menggoda mereka yang memiliki iman yang lemah, untuk menutupi hati nurani, dan menggantinya dengan keserakahan.
Terkadang, iblis ini juga muncul dalam kehidupan sehari-hari, kita begitu asyik mengejar materi, harta dan kekayaan, hingga lupa mempertahankan moral dalam kehidupan kita.
Kita harus belajar dari cerita ini bahwa kita tidak seharusnya mengabaikan moralitas demi mengejar kepentingan materi, apalagi sampai berniat dan berbuat jahat. Karena bagaimanapun, niat jahat maupun perbuatan jahat, yang kita lakukan pada orang lain, akhirnya akan berbalik dan merugikan diri kita sendiri.